TECHNOLOGY, BUSINESS and PSYCHOLOGI

Senin, 24 Oktober 2016

Filled Under:

Agar otak saya tidak jadi Tumpul!

sumber: Nurul Purnama Sari
Dua bulan lalu saya memulai aktivitas magang, sebagai mahasiswa semester 7 jurusan administrasi bisnis, magang adalah salah satu syarat penting dalam kelulusan.

Lebih dari itu kaum idealis (seperti saya) menganggap magang sebagai kesempatan besar untuk berkembang, menghirup udara dunia kerja yang penuh tantangan dan dinamika.
Setelah melalui proses panjang pencarian tempat magang, maka ditempatkanlah kaum-kaum muda agen perubahan ini kedalam dunia kerja

Tentang tempat magang ada yang berlabu ditempat yang diinginkan, ada yang terpaksa ditempatkan, dan ada yang tidak mengakui keterpaksaannya dengan berpikir positif, "semua tempat sama!".

Dan ada cerita lucu dibalik tempat magang ini, setelah sekitar satu bulan diduia kerja ada yang bersyukur dengan tempat magang yang terpaksa ditempatinya, sebagai kebalikan ada yang menyesal dengan tempat magang yang sudah diimpikannya.

Semua hal tersebut dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan, atau informasi yang salah, mungkin sistem permagangan kampus yang harus dibenahi, atau apalah...

Lalu bagaimana dengan saya, termasuk di kaum yang manakah saya?
Saya hampir masuk tempat magang ideal, yah ideal adalah asusmsi saya tentang tempat magang tersebut sesaat setelah melewati proses wawancara, namun akhirnya keputusan perusahaan yang menerima magang hanya dua bulan tidak sejaan dengan peraturan jurusan, kemudian saya harus jadi orang yang terpaksa ditempatkan.

Saat itu saya hanya bisa bersyukur karena masih mendaptkan tempat magang, dengan pikiran positif saya menerima tempat magang tersebut sebagai tempat saya belajar, lagi-lagi saya datang dengan ekspektasi yang tinggi kemudian saya harus dihadapkan dengan kenyataan yang jauh berbeda.

3 minggu pertama saya ditempatkan di unit kearsipan, ada beberapa hal mendasar yang jadi masalah disana, dengan penuh gairah (yang dipaksakan) saya mengatasi masalah-masalah tersebut, masalah folder arsip yang penuh saya atasi dengan merapikan tumpukan dokumen dalam ruangan arsip.

Saya beruntung karena pekerjaan monoton tersebut tidak berjalan lebih lama, rotasi dilakukan pada peserta magang dan saya berpindah unit, unit yang dalam perbincangan para peserta magang, adalah unit yang paling menyenangkan (dalam segi pemikiran pelajar).

Benar saja ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan setiap harinya, gairah peajar saya mulai kembali, jika sebelumnya saya merasa seperti ipad yang digunakan sebagai talenan, saat itu tidak lagi, saya melakukan beberapa jenis pekerjaan, terasa cukup indah sampai saat itu tiba!

Saat dimana saya ditempatkan ditempat yang penting, ia penting. Saya jadi harus siaga dan harus bekerja cepat dan teliti, secara kasat mata sudah hebat bukan proses beajar saya. Saya cukup baik mengerjakannya dan saya diminta untuk tidak dirotasi lagi, saat itulah penderitaan saya bermula.

Mengerjakan hal yang sama selama 1 bulan lebih, proses belajar saya berhenti alias stagnan. Jika sebelumnya saya bersyukur sudh diperlakukan layaknya ipad, sekarang saya seperti ipad yang tak bisa diupgrade, mentok!!

Saya mulai malas masuk kantor, berbagai alasan saya sampaikan agar tidak mengalami proses berulang yang memuakkan itu. Sekarang saya menulis sebagai bentuk belajar saya, namun saya mungkin harus mengurangi unsur pesimisme dalam tulisan saya, saya hanya berpikir bahwa mulai sekarang saya harus jadi manusia yang lebih realistis.

Mudah-muahan saya konsisten menulis agar supaya otak saya tidak jadi tumpul :)

silahkan rujukan bermanfaat ini dikunjungi 6 Cara Supaya Otak Kamu Tambah Tajam

0 komentar:

Posting Komentar